Sabtu, 09 Agustus 2014

analisis puisi


Analisis puisi Chairil Anwar-Doa
Pada puisi kali ini Chairil Anwar menceritakan bahwa dirinya adalah seorang yang mempunyai keterbatasan dan ketidakmampuan.
Chairil Anwar mengakui bahwa dirinya masih membutuhkan Tuhan-nya dan tidak bisa berpaling dari Tuhan. 
Chairil juga selalu mengingat Tuhan-nya.
Diksi yang digunakan oleh Chairil Anwar sangat kental dengan kata-kata bermakna Ketuhanan. 
Kata yang digunakan Chairil Anwar sebagai judul juga menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan sang pencipta. 
Kata seperti Tuhanku,nama-Mu,mengingat kau,cahya-Mu,di pintu-Mu juga mendukung tema dalam puisi Doa ini.Aku tidak bisa berpaling
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya denganTuhan.
Kata `Tuhan` yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan.
Analisis puisi Sabran-kepada Tuhanku
Dalam puisi “Kepada Tuhanku”, Sabran mengakui bahwa tiada kekuatan lain yang dapat membimbing dan mengusir kegelisahan yang berada di jiwanya, 
kecuali kekuasaan dan kekuatan Tuhan yang mahatinggi. 
Meskipun kesadaran itu datangnya terlambat dalam diri penyair, hal itu tidak menjadi penghalang baginya untuk memohon ampun dan menyerah pasrah pada kehendak Ilahi
Dalam tulisannya tersebut Sabran menjelaskan bahwa Takdir yang dimaksud dengan puisi keagamaan tersebut adalah puisi yang menjelmakan perasaan keagamaan. 
Perasaan keagamaan yang suci ini, merupakan motivasi bagi pengarang dalam melahirkan puisi yang bertemakan ketuhanan.

Rabu, 22 Januari 2014

puisi


Bintang untuk Sahabat

By: Dwita Sofiarum


Dimalam yang sepi dan sunyi

Disini aku berdiri

Berdiri memandang bintang dilangit

Ingin ku persembahkan

bintang nan indah itu untuk sahabat




sahabat yang selalu ada saatku senang maupun susah

sahabat yang selalu menemaniku kapanpun

sahabat bagai bintang yang menemani bulan

kan ku persembahkan bintang padamu sahabatku

cerpen pengalaman


Perjuangan Seorang NENEK

             tin…tin…tin ” suara klakson mobil dan motor terdengar ditelinga ketika aku sedang turun dari bis yang aku tumpangi. Kulihat seorang nenek-nenek sedang berdiri dipinggir jalan menunggu bis. Ketika aku turun nenek itu tersenyum padaku , aku pun tersenyum pula padanya. Tidak pertama kali ini aku melihatnya , sudah beberapa kali aku melihatnya berdiri disini sendiri. Mata nenek tersebut terlihat sayu seperti kurang tidur, badannya yang sudah renta masih terlihat kuat dihadapanku, kadang nenek itu batuk. Hatiku terketuk untuk mendekatinya. Kudekati nenek tersebut dan kutanya
          “ nenek mau kemana ? “ tanyaku padanya
          “ mau ke pasar nduk “ jawabnya
          “ nenek ingin ingin berjualan disana? “ tanyaku lagi
          “ iya nduk, nenek berjualan disana “ jawabnya sambil terbatuk-batuk
          “ nenek kan sudah tua, apakah anak dan cucu nenek tidak melrangnya “ tanyaku padanya dengan nada sedikit kasihan
          “ mereka sibuk dengan urusannya nduk, jika nenek tidak berjualan dapat makan dari mana nenek  “ jawabnya dengan nada sedih
          “ kalau boleh tau nenek berjualan apa ? “ tanyaku
           ini ada nasi nduk “ jawabnya sambil memperlihatkan dagangannya
           “ bolehkah aku membelinya satu nek ? “ ucapku padanya
          “ boleh ini nduk “ ucapnya sambil memberikan satu bungkus nasi dengan lauknya
          “ berapa nek ?” tanyaku padanya
          “ 4 ribu saja nduk “ ucapnya
          Aku pun mengambil uang lima ribu dan memberikan padanya sambil aku ucapkan “ kembalinya ambil saja nek”. Nenek itu pun berterima kasih padaku. Setelah itu aku pun pulang kerumah.
http://cursor.com/index_07.gif